Sabtu, 28 September 2013

Perangkap dan Penghadang (Trap and Guiding Barrier) Jermal (Stow Net)

1. Definisi dan Klasifikasi
Jermal adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari tiang-tiang pancang yang merupakan sayap, jaring jermal, dan rumah jermal (Subani dan Barus, 1989). Jermal disebut sebagai stow net, yaitu tipe jaring berbentuk kantongyang dipasang dengan bukaan mulut menghadap arus pasang surut, bersifat pasif dan menetappada daerah penangkapan tertentu (Vont Brant, 1984 diacu dalam Tiku, 2002). Jermal diklasifikasikan ke dalam kelompok perangkap dan penghadang (Subani dan Barus, 1989).
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Jermal memiliki bagian-bagian yang terdiri dari jajaran tiang-tiang pancang yang merupakan sayap, jaring jermal, dan rumah jermal (Subani dan Barus, 1989). Jajaran tiang pancang biasanya terbuat dari bahan kayu nibung, kayu pohon bakau,atau pun kayu tengar. Ukuran panjang tiang pancang umumnya antara 12-15 m dan berdiameter 10-20 cm.
Jaring jermal terdiri dari tiga bagian yaitu mulut, badan, dan kantong. Jaring jermal ini bentuknya bisa menyerupai tikar 9 jermal biasa 0, berbentuk kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal), berbentuk gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan atau ambai jermal). Jaring terbuat dari benang katun, kuralon, atau nilon halus. Jaring pada alat tangkap jermal terdiri dari dua lapisan, lapisan pertama ukuran mata jaringnya lebih besar dan diletakkan pada lapisan atas, sedangkan lapisan yang kedua ukuran mata jaringnya lebih kecil dan diletakkan pada lapisan terluar jaring jermal. Rumah jermal, merupakan (flatform) tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan, dan tempat tinggal pekerja-pekerja jermal (Subani dan Barus, 1989).
Parameter utama dari jermal adalah ukuran tiang-tiang pancang atau tiang penghadang. Selain itu bukaan mulut jaring jermal juga menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam usaha penangkapan tersebut. Gambar alat tangkap terdapat pada lampiran.

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Pengoperasian alat tangkap jermal tidak memerlukan kapal. Kapal kecil atau perahu hanya digunakan sebagai alat transportasi nelayan untuk menuju daerah penangkapan dan sebagai pengangkut hasil tangkapan (Subani dan Barus, 1989).
3.2 Nelayan
Pengoperasian alat tangkap jermal setidaknya membutuhkan pekerja-pekerja jermal yang umumnya terdiri dari 6-8 orang yang bertugas untuk menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong jaringvterbuka secara sempurna dan mengambil hasil tangkapan (Subani dan Barus).
3.3 Alat Bantu
Alat bantu pada pengoperasian jermal yaitu serok atau scoop net yang berfungsi untuk mengambil hasil tangkapan yang ada di dalam jaring 9Taufiq, 2009). Selain itu, terdapat galah pengangkat untuk membantu proses pengangkatan bagian tengah kantong jermal ketika akan mengambil hasil tangkapan (Tiku, 2002).
3.4 Umpan
Pengoperasian alat tangkap jermal tidak memerlukan umpan karena alat tangkap tersebut hanya mengandalkan arus dari perairan temapt alat tangkap tersebut dioperasikan. Kami tidak menemukan sumber pustaka yang mencantumkan alat tangkap jermal memerlukan umpan dalam pengoperasiannya.
4. Metode Pengoperasian Alat
Nelayan melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke lokasi penangkapan ikan. Persiapan tersebut meliputi persiapan perbekalan, bahan bakar untuk mesin kapal sebagai alat transportasi untuk menuju lokasi penangkapa, dan minyak tanah untuk lampu petromaks dan untuk merebus ikan.
Adapun tahapan dalam pengoperasian jermal ada empat tahap, yaitu sebagai berikut (Tiku, 2002). Penurunan jermal (setting). Adapun urutan penurunan aklat tangkap jermal adalah melepas penahan penggulungyang ada di bagian depan, kemudian menurunkan kedua sisi mulut jaring bagian depan sebelah kanan dan kiri dengan bantuan tiang penekan sampai menjejak dasar perairan, lalu mengikat kedua tiang penekan pada tiang utama rumah induk jermal, menurunkan jaring bagian tengah hingga bagian belakang sampai badan jaring masuk ke dalam air tetapi tidak sampai ke dasar perairan dan menurunkan sebagian kecil jaring belakang yang terdiri dari dua lembar saringan yang berfungsi sebagai tempat menampung hasil tangkapan.
Tahap selanjutnya yaitu perendaman (soaking). Lama perendaman jermal adalah 20-30 menit. Selama menunggu perendaman, nelayan dalam pondok jermal mengamati apakah sudah ada ikan atau udang yang terkumpul. Lalu proses selanjutnya yaitu pengangkatan jermal (hauling). Proses pengangkatan jermal meliputi melepaskan ikatab tiang penekan bagian depan, lalu digulung kembali dengan menggunakan penggulung, kemudian penggulung ditahan hingga tidak berputar lagi dan dapat menahan jaring yang sudah tergantung dan jaring bagian tengah dan belakang dinaikkan menggunakan penggulung sampai menyentuh pelataran, kemudian penggulung ditahan agar tidak berputar dan dan dapat menahan bagian jaring yang sudah menggantung.
Proses yang terakhir yaitu pengambilan hasil tangkapan. Hasil tangkapan dapat diambil dengan menutup mulut jaring. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat bibir bawah sehingga menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti dengan mengangkat bagian kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.
5. Daerah Pengoperasian
Pengoperasian alat tangkap jermal biasanya dioperasikan pada perairan yang jaraknya sekitar 3-6 mil dari pantai (Subani dan Barus, 1989). Daerah penangkapan jermal ialah daerah-daerah pantai dan daerah teluk, daerah dimana ikan-ikan bermigrasi kedaerah tersebut. Fishing ground harus terlindung dari angin yang kuat, karena akibat hembusan angin akan menimbukan gelombang yang akan mempersulit kerja nelayan. Selain itu dasar permukaan tempat pengoperasian alat tangkap jermal harus berupa pasir atau lumpur agar tiang-tiang pancang dapat berdiri kokoh dan memudahkan nelayan untuk memasang alat tangkap tersebut (Taufiq, 2009).
Daerah distribusi jermal terutama terdapat di Panipahan, Bagan Siapi-api, Pulau Merbau, imigrasi hilir di Riau, Tanjung Tiram, Sumatra Utara, Tanjung Ledong, Sei Brombang, Labuhan Bilib, Bagan Asahan, Pangkalan Dedek, Pangkalan Brandan, Bandar Kalifah, Tanjung Biringin, Sialang Buah dan Belawan (Subani dan Barus, 1989).
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap jermal terutama jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai, diantaranya yaitu biang-biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Scinea spp), bawal putih (Pampus argentus), mata belo (Pellona spp), dan jenis-jenis udang. Selain itu ada hasil tangkapan sampingan dari alat tangkap jermal yaitu golok-golok, kakap (Later carcarifer), senangin (Polynemus spp), selanget (Dorosoma spp), dan beloso (Saudira spp) (Subani dan Barus, 1989).






Daftar Pustaka

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Senin, 16 September 2013

Perkembangan Sistem Digital dan Aplikasi di Bidang Kelautan Indonesia

Perkembangan dan kemajuan teknologi dalam bidang elektronika sangat pesat, beberapa tahun yang lalu rangkaian elektronika hanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen tabung hampa, komponen diskrit, seperti dioda dan transistor. Saat ini telah berkembang sistem digital yang telah dipasang pada berbagai instrumen. 

Dalam peralatan digital penyajian data atau informasi merupakan susunan angka-angka yang dinyatakan dalam bentuk digital (rangkaian logika). Beberapa rangkaian dasar dari logika digital, yaitu gerbang AND, gerbang OR, gerbang NOT, gerbang NAND, gerbang NOR, gerbang XOR, gerbang XNOR. Dari rangkaian dasar gerbang logika tersebut dapat dirangkai kembali dalam sebuah IC, dalam sebuah IC bisa terdapat beberapa gerbang logika digital. 

Sistem analog memproses sinyal-sinyal bervariasi dengan waktu yang memiliki nilai-nilai kontinyu, teknologi analog merupakan proses pengiriman sinyal dalam bentuk gelombang. sedangkan sistem digital memproses sinyal-sinyal yang memiliki nilai-nilai diskrit. Kelebihan dari teknologi digital ini adalah kemampuannya untuk memproses pengiriman data dalam lalu lintas komunikasi yang padat. Sedangkan analog, digunakan untuk komunikasi yang lalulintasnya rendah. Sedangkan sinyal dalam bentuk digital mampu mengirimkan data dengan lebih cepat dengan kapasitas yang lebih besar, dan memiliki tingkat error yang kecil, apabila dibandingkan dengan sinyal analog. Peralatan digital dapat menghasilkan waktu yang sangat akurat, sehingga proses digital ini menjadi penting karena dapat membuat komputer dan peralatan digital lainnya dapat memproses dan menyimpan sinyal digital lebih cepat dan mudah.

Secara umum, kata digital berarti “berbasis komputer”. Dalam arti khusus, digital merupakan deskripsi system apapun yang berdatabase atau kejadian diskontinu; jika diterapkan dalam dunia komputer, kata digital menunjuk pada sinyal komunikasi atau informasi yang direpresentasikan dalam 2 keadaan (biner), yaitu 0 dan 1. Pada perkembagan sistem digital maka dewasa ini digunakan bilangan HEXADECIMAL (Bilangan berbasis 16). Secara tradisional, transmisi elektronik pada sinyal telepon, radio, televisi, dan TV kabel bersifat analog. Misalnya, sinyal listrik pada kabel telepon memiliki representasi data analog dari suara asli si pembicara yang ditransmisikan dalam bentuk gelombang (disebut gelombang pembawa).
Karena secara tradisional kabel bersifat analog, maka diperlukan sebuah modem dial-up jika komputer Anda harus mengirim sinyal komunikasimalelaui kabel jaringan. Disini, kita memerlukan modem yang berfungsi untuk menerjemahkan sinyal digital komputer menjadi sinyal analog pada kabel telepon. Komputer penerima juga memerlukan modem agar bisa menerjemahkan sinyal analog kembali ke dalam bentuk digital

Perbedaan antara sistem analog dan digital, misalnya berikut ini adalah contoh instrumen analog dan digital:
Analog
(1) Grafik equalizer
(2) Piranti ukur kumparan putar (multimeter analog, ampere meter analog dll)
(3) Tabung sinar katoda pada osciloskop 
Digital
(1) Komputer 
(2) Kalkulator 
(3) Piranti yang menggunakan 7-segmet (ex: wartel)

Beberapa keunggulan sistem digital dibandingkan dengan sistem analog adalah:
- Kemampuan memproduksi sinyal yang lebih baik dan akurat.
- Mempunyai reliabilitas yang lebih baik (noise lebih rendah akibat imunitas yang lebih baik).
- Mudah didisain, tidak memerlukan kemampuan matematika khusus untuk memvisualisasikan sifat-sifat rangkaian digital yang sederhana.
- Fleksibilitas dan fungsionalitas yang lebih baik.
- Kemampuan pemrograman yang lebih mudah.
- Lebih cepat (debug IC complete complex digital dapat memproduksi sebuah keluaran lebih kecil dari 2 nano detik).
- Ekonomis jika dilihat dari segi biaya IC yang akan menjadi rendah akibat pengulanagan dan produksi massal dari integrasi jutaan elemen logika digital pada sebuah chip miniature tunggal.
- Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang mengakibatkan informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi.
- Penggunaan yang berulang-ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi itu sendiri.
- Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk.
- Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimkannya secara interaktif.

Sistem digital menggunakan kombinasi-kombinasi biner benar dan salah untuk menyerupai cara ketika menyelesaiakan masalah sehingga disebut juga logika-logika kombinasional. Dengan sistem digital dapat digunakan langkah-langkah berpikir logis atau keputusan-keputusan masa lalu (memori untuk menyelesaikan) sehingga biasa disebut logika-logika sekuensial (terurut). 

Logika digital dapat direpresentasikan dengan beberapa cara yatu:
- Table kebenaran (truth table) menyediakan suatu daftar setiap kombinasi yang mungkin dari masukan-masukan biner pada sebuah rangkaian digital dan keluaran-keluaran yang terkait.
- Ekspresi-ekspesi Boolean mengekspresikan logika pada sebuah format fungsional.
- Diagram gerbang logika (logic gate diagrams).
- Diagram penempatan bagian (parts placement diagrams).
- High level description language (HDL).

Beberapa contoh aplikasi penting sistem digital yaitu pada komputer. Komputer telah digunakan untuk berbagai keperluan. Sejak diciptakan pertama kali, komputer bekerja atas dasar sistem biner. Sistem biner adalah sistem bilangan yang hanya mengenal dua macam angka yang disebut dengan bit (binary digit), berupa 0 dan 1. Hanya dengan dua kemungkinan bilangan ini komputer dapat menyajikan informasi yang bergitu berguna bagi peradaban manusia. Bit-bit dapat digunakan untuk menyusun karakter apa saja. Kemungkinan nilai pada sebuah sistem biner yang berupa 0 dan 1 dinyatakan dalam sistem komputer dengan metode saklar yang hanya mengenal keadaan on dan off. Keadaan on menyatakan 1 dan off menyatakan 0. Secara internal komputer yang akan mengubah bentuk representasi manusia ke dalam sistem biner dan selanjutnya komputer menyajikan informasi dalam bentuk simbol-simbol yang biasa digunakan manusia. 
Perkembangan teknologi dibidang komputer yang begitu cepat berdampak pada bidang kartografi pembuatan peta baik peta darat maupun laut Indonesia. Selain itu perubahan penanganan pada pekerjaan kartografi pembuatan peta juga bersifat multi disiplin yaitu dengan cara pendekatan kelompok, karena untuk proses pembuatan peta tidak mungkin lagi bekerja tanpa didampingi oleh operator sistem komputer, pemrogram, dan manager sistem.
Berbagai gerbang sistem logika digital diaplikasikan dalam sebuah IC yang berukuran kecil. Dalam sebuah IC atau multiplexer terdapat beberapa kumpulan gerbang sistem logika digital yang dapat digunakan sebagai komponen elektonik. Karena dalam sebuah IC terdapat beberapa gerbang logika digital sehingga IC dapat digunakan atau dirangkai untuk berbagai rangkaian sesuai kebutuhan dan fungsinya. Dari aplikasi sistem digital pada komputer sehingga dapat digunakan untuk aplikasi lain di berbaga bidang, termasuk pada instrument perikanan dan kelautan di Indonesia. 

Intrumentasi kelautan itu begitu banyak jenisnya, baik itu yang difungsikan untuk pengukuran fisika,kimia maupun parameter biologi. Jenisnya bisa berbentuk analog ataupun digital. Sistem yang berbentuk analog bisa dikatakan sistem yang paling sederhana dimana suatu sistem ini dicirikan dengan sifatnya kontinyu, maksudnya adalah kondsi-kondisi yang terus berubah. Selain itu nilai perubahan arus dan tegangan sangat luas kisaranya dan memiliki nilai antara. Untuk lebih memudahkan memahaminya bisa dilihat seperti pada speedometer pada kendaraan bermotor. Dengan terus berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan instrumentasi kelautan dengan sistem analog sudah banyak ditinggalkan, hal ini dikarenakan instrumentasi dengan sistem analog memiliki ketelitian dalam mengukur yang kurang begitu baik sehingga kini instrumentasi-intrumentasi kelautan sudah beralih ke sistem yang lebih baik yakni sistem berbentuk digital. Dalam sistem digital penyajian data dan informasi merupakan susunan angka-angka yang dinyatakan dalam bentuk digital (rangkaian logika). Teknologi digital pada dasarnya hanyalah sistem menghitung sangat cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai nilai-nilai numeris. Sebagai contoh sederhananya adalah pada kalkulator. Intrumentasi kelautan dalam bentuk digital kini telah diterapkan pada alat-alat pengukur parameter fisika kimia laut seperti pada alat salinometer yang dipakai untuk mengukur tingkat salinitas air laut, konductivity meter yang dipakai untuk mengukur tingkat daya hantar listrik air laut dan lain sebagainya.

Berbagai instrument perikanan dan kelautan kini semakin dikembangkan mengikuti sistem logika digital untuk mempermudah pekerjaan. Dalam bidang kelautan di Indonesia instrumentasi berbasis sitem digital sangat dibutuhkan. Sehingga Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Republik Indonesia menganggarkan untuk meningkatkan kualitas instrumen-instrumen yang masih analog menjadi sistem digital.
Sistem digital mampu bekerja dengan cara cepat dibandingkan sistem analog sehingga sistem ini banyak digunakan seiring dengan peningkatan kebutuhan manusia. Namun, biaya untuk sistem digital pada beberapa instrument masih sangat mahal, sehingga beberapa untuk beberapa instrument masih memanfaatkan sistem analog. Instrumen-instrumen pengukuran bidang kelautan dan perikanan sangat erat kaitannya dengan sistem digital untuk memudahkan proses pengukuran atau pengambilan sampel, karena perkerjaan di laut yang sangat membutuhkan waktu yang cepat dan akurat.
Saat ini penggunaan instrumen berteknologi dengan sistem digital sudah banyak di Indonesia, meski beberapa instrument masih menggunakan sistem analog. Namun karena harganya yang mahal sehingga penggunaan atau kepemilikannya oleh orang atau instansi terbatas, misalnya oleh perusahaan atau institusi perguruan tinggi.

by Nerangel (音楽)
Copyright@2010

Sistem Informasi Geografis Dibidang Kelautan dan Perikanan

Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5'C dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia, 2001).
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana biasa mendapatkan banyak ikan.

Sistem Informasi Geografis
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan  dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,  menyimpan dan menganalisa objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi  merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG  merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani  data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan  pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran.
Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. SIG adalah sebagai sebuah rangkain sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk melakukan pengolahan data. Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengelolaan citra digital adalah untuk memperbaiki hasil klasifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat diterapkan pada oprasionalisasi pengindraan jauh satelit. Pengembangan teknologi pengindraan jauh satelit dapat digambarkan dalam diagram.          
Secara prinsip tujuan umum pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
1.      Input
2.      Manipulasi
3.      Pengelolaan
4.      Query
5.      Analysis
6.      Visualisasi

Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
1.      Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
2.      Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satusoftware SIG yaitu MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.

Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user.
Pertengahan 1970-an telah dikembangkan sistem-sistem yang secara khusus dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferansi geografis dalam berbagai cara dan bentuk. Masalah-masalah ini mencakup:
a. Pengorganisasian data dan informasi.
b. Penempatan informasi pada lokasi tertentu.
c. Melakukan komputasi, memberikan ilusi keterhubungan satu sama lainnya
     (koneksi), beserta analisa-analisa spasial lainnya.
Sebutan umum untuk sistem-sistem yang menangani masalah-masalah tersebut adalah Sistem Informasi Geografis. Dalam literatur, Sistem Informasi Geografis dipandang sebagai hasil perpaduan antara sistem komputer untuk bidang Kartografi (CAC) atau sistem komputer untuk bidang perancangan (CAD) dengan teknologi basis data (data base).
Pada awalnya, data geografis hanya disajikan di atas peta dengan menggunakan symbol, garis dan warna. Elemen-elemen geografis ini dideskripsikan di dalam legendanya misalnya: garis hitam tebal untuk jalan utama, garis hitam tipis untuk jalan sekunder dan jalan-jalan yang berikutnya.
Selain itu, berbagai data yang di-overlay-kan berdasarkan sistem koordinat yang sama. Akibatnya sebuah peta menjadi media yang efektif baik sebagai alat presentasi maupun sebagai bank tempat penyimpanan data geografis. Tetapi media peta masih mengandung kelemahan atau keterbatasan. Informasi-informasi yang disimpan, diproses dan dipresentasikan dengan suatu cara tertentu, dan biasanya untuk tujuan tertentu pula, tidak mudah untuk merubah presentasi tersebut karena peta selalu menyediakan gambar atau simbol unsur geografis dengan bentuk yang tetap walaupun diperlukan untuk kebutuhan yang berbeda. 

Komponen SIG            
            Padasarnya SIG mempunyai 5 komponen penting yang dikemukakan Yousman sebagai berikut:
1.      Hardware
Kehandalan suatu Sistem Informasi Geografis akan sangat didukung jika memiliki spesifikasi hardware yang handal. Kehandalan ini bisa dilihat dari kemampuan processor yang lebih cepat, memory yang lebih tinggi, harddisk yang lebih besar, dan Video Graphic Adapter card yang lebih bagus dibandingkan dengan sistem informasi biasa.
2. Software
Karakteristik SIG membutuhkan software yang mendukung analisis, penyimpanan dan visualisasi informasi geografis. Software sendiri terdiri dari sistem operasi, compiler dan program aplikasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.   Sistem operasi, mengendalikan seluruh operasi program, juga menghubungkan perangkat keras dengan program aplikasi.
b. Compiler, menerjemahkan program yang ditulis dalam bahasa komputer pada kode mesin sehingga Central Processing Unit mampu menjalankan program yang harus dieksekusi.
c. Program aplikasi, sudah banyak sekali vendor software yang telah mengeluarkan software SIG seperti ArcInfo, ArcView, MapInfo dan lain-lain.
3. People
SIG memiliki tingkatan pengguna dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang memanfaatkan SIG untuk mempermudah pekerjaan pengguna software dan aplikasi SIG.
4. Data
Data merupakan komponen terpenting dalam SIG. Data yang dibutuhkan terdiri dari data spasial (data peta) dan data non-spasial (data atribut). Data spasial berintegrasi dengan data non-spasial pada setiap fiturnya. Pembangunan dan pengolahan basis data yang lebih besar maka data tabular tersebut dapat direlasikan ke sumber data lain yang berada di luar tools SIG melalui Database Management System (DBMS).
5. Metode
Diperlukan metode dan cara penerapan yang unik untuk setiap permasalahan SIG. Oleh karena itu, SIG yang baik tergantung pada aspek disain yang bagus dan aturan bisnis atau kondisi nyata. 

           Di bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1).  Disini terlihat bahwa dua database (satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan.
            Gambar 1 memberi informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35'LU dan 160'BT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar 20'C dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut berada pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan pendekatan SIG dan inderaja multi-layer tersebut.
Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan penangkapan ikan tuna pada bulan November 2000 (resolusi semua layer citra = 9 Km) (Zainuddin, 2006).

Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan November.
Gambar 2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan November (kanan) (Kiyofuji and Saitoh, 2004).


Sumber:

Kusnadi, R. 2012. SIG Memberi Manfaat kepada Semua Pihakhttp://rahmatkusnadi6.blogspot.com. [16 September 2013].

Polovia, 2001. Aplikasi SIG di Bidang Kelautan dan Perikananhttp://forum.upi.edu. [16 September 2013].

Yanto, A. 2012 Konsep SIG. ariyanto.staff.uns.ac.id. [16 September 2013].

Zainuddin, M. 2004. Komponen SIGhttp://regional.coremap.or.id.                     [16 September 2013].